LPPM UNTAG Surabaya Meraih Peringkat Madya

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNTAG Surabaya meraih peringkat Madya. Kenaikan peringkat ini berdasarkan Hasil Penilaian Kinerja Penelitian Perguruan Tinggi Tahun 2013-2015, dengan nomor: 2333/DPRM/TU/2016, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Kepala LPPM UNTAG Surabaya, Dr. Ir. Muslimin Abdulrahim, M.SIE menjelaskan, sebelumnya LPPM UNTAG Surabaya masuk dalam peringkat binaan, namun mulai tahun ini (2016) masuk peringkat madya. De­ngan peringkat Madya, LPPM UNTAG Surabaya diberi kesempatan mengelola dana Rp 5 milyar dari Dikti untuk penelitian dosen.

“Kita tentunya bersyukur atas kenaikan peringkat ini, tetapi belum puas karena sebenarnya target kita tahun ini adalah peringkat utama. Mudah-mudahan tahun depan bisa terwujud ke utama,” kata Dr. Muslimin saat ditemui warta17agustus.com di kantornya, Jum’at (19/8/2016).

Menurut Dr. Muslimin, target utama tahun ini bisa dicapai, tetapi karena banyak data yang dimasukan di Dikti tidak komplit, maka itu tidak dinilai. Misalnya, tidak adanya ISBN, url, sehingga tidak dihitung oleh Dikti. “Mudah-mudahan ke depan data-data yang dibutuhkan lebih teratur. Saya yakin masih banyak dokumen yang belum terasip dengan baik,” ucap dosen Teknik Industri itu.

Dr. Muslimin mengatakan, dengan naiknya peringkat binaan ke madya tersebut akan membuka kesempatan yang luas bagi dosen untuk melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Selain dana dari Dikti yang bisa dimanfaatkan juga ada dana lainnya, yaitu dari Pemda (Pemprov dan Pemkot).

“Sekarang Dikti melakukan evaluasi setiap tahun, ini kabar baik karena kita bisa terus meningkatkan peringkat. Kalau kemarin evaluasinya tiga tahun sekali,” tambahnya.

LPPM UNTAG Surabaya, lanjut Muslimin, akan terus memotivasi dosen agar melakukan penelitian dan pengabdian. Dengan peringkat madya ini para dosen tidak perlu lagi bersaing dengan dosen di perguruan tinggi di Indonesia, tetapi cukup melakukan persaingan internal.

“Dana 5 milyar ini harus dihabiskan dalam waktu setahun. Mudah-mudahan tahun depan bisa naik lagi, sehingga dana yang dikelola juga besar. Target akan tercapai asal semua bisa bekerja sama secara tim,” tutupnya.

Kenaikan peringkat dari binaan ke madya ini juga disambut baik oleh dosen dan peneliti UNTAG Surabaya, salah satunya Dr. Ir. Wardah, MP.,MM. Sebagai peneliti dia sangat senang, dengan naik kelas itu UNTAG Surabaya tidak lagi bergantung dengan perguruan tinggi lain, sudah bisa berdiri sendiri, seperti untuk menentukan reviewer.

“Sekarang bagaimana agar kelas ini tetap terjaga bahkan naik lagi, dosen harus lebih banyak melakukan penelitian, juga publikasi terutama publikasi internasional. Dosen harus melakukan Tri Dharma Perguruan Tinggi karena memang itu kewajiban yang melekat pada diri dosen,” ungkap dosen Fakultas Ekonomi itu.

Dr. Wardah menyebutkan, bahwa penelitian mempunyai nilai yang tinggi, yaitu 30 prosen. Dia juga memberikan saran, ketika dosen membuat proposal penelitian dan pengabdian masyarakat harus mengikuti pedoman yang diberikan Dikti.


Untag Surabaya || Fakultas Teknik Untag Surabaya || SIM Akademik Untag Surabaya || Elearning Untag Surabaya